Budidaya system bioflok untuk lele sepintas sangat
menguntungkan, betapa tidak dengan ukuran kolam yang sama bisa
menghasilkan output 10x lipat, karena dengan metode ini bisa menggunakan
system tebar padat sampai dengan 1000 populasi per m3. Sedangkan untuk
yang sytem konvensional hanya 100 ekor per m3 dan bahkan yang sudah ahli
sekalipun hanya mampu sampai 150 ekor /m3. Kalo memaksakan akibatnya
lele bisa lambat pertumbuhannya, mudah terserang penyakit bahkan sampai pada kematian masal.
Setiap metode ada kelebihan dan kekurangannya masing masing. Untuk system bioflok memiliki kelebihan sebagai berikut;
Setiap metode ada kelebihan dan kekurangannya masing masing. Untuk system bioflok memiliki kelebihan sebagai berikut;
- Hemat tempat, populasi bisa mencapai 1000 per m3
- pH relatif stabil pH 7 - pH 7,8
- pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil.
- Hemat penggunaan air, karena bisa tanpa pergantian air kolam
- Tidak terhantung sinar matahari
- Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga.
- Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi.
- Lebih ramah lingkungan.
- Diperlukan kedisiplinan dan penjadwalan prosedur yang ketat.
- Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen
- Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)
- Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit pergantian air
- Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
- Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar padat (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE)
- Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen (BOD tinggi)
- Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur. Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.
0 komentar:
Posting Komentar